Rabu, 17 September 2008

Look who’s talking!

Semalam sambil makan sahur nonton sinetron para pencari tuhan jilid 2. Diceritakan tentang Baha, saudaranya asrul yang berandalan itu, disuruh sholat sama bang Jack setelah semalam mabuk berat dan tertidur diatas pohon. Karena malas dia mencari-cari alasan untuk tidak sholat mulai dari warna tembok yang ngga menarik sampai “menggugat” arah kiblat.
Setelah dicek ternyata memang arah kiblat agak melenceng sekian derajat. Tentu saja bang Jack kebakaran jenggot. Begitu juga dengan “aparat” kampung. Ternyata selama ini arah sholat mereka salah! Dan lebih parahnya yang memberitahu adalah orang yang “bukan siapa-siapa”. Yang begundalan, suka mabuk, pokoknya jauh dari ajaran Islam!
Saya agak terusik karena selama ini kita, eh, maaf, saya, suka melihat “siapa” yang berbicara daripada “apa” yang dibicarakan. Look who’s talking! Emang siapa lo?

Mungkin sudah menjadi sifat manusia yang suka menganggap orang lain “bukan siapa-siapa” dan memandang orang lain lebih rendah daripada kita. Mungkin karena latar belakang pendidikan, sampai kemampuan ekonomis. Sehingga omongan orang-orang yang “bukan siapa-siapa” tadi sering dianggap ngga terlalu berarti.
Misalnya saja kalau masalah agama, yang mesti didengar adalah kiai. Kalau bukan kiai, ntar dulu deh, tanya ke kiai dulu, takut salah. Termasuk saya pernah menjawab suatu pertanyaan dikelas, yang bertanya meragukan jawaban saya. Karena yang menjawab saya…
Kadang-kadang orang yang “bukan siapa-siapa” tadi bisa saja mencetuskan ide yang lebih baik atau mungkin hal-hal yang benar. Tapi maukah kita mendengar?
Saya jadi ingat berapa kali sering ditegur Rayhan yang baru berumur lima tahun.
‘Yah, kalau lampu merah berarti berhenti apa jalan ?’
Saya jawab ‘kalau merah berarti berhenti, kalau hijau boleh jalan.’
‘Berarti ayah ngelanggar dong, kok lampu merah jalan terus’
Ngga mungkin dong saya jawab kalau jalannya sepi, atau pas ngga ada polisi, boleh terus, lagian sepi kok jalannya. Pingin karena ‘lebih senior’ mau saya jawab, ‘ah, kamu kan masih kecil… ‘.
Saya jadi malu sendiri. (sambil menutup muka :))
Ada suatu cerita, atau mungkin juga guyonan. Saya ambil dari sebuah milis, karena isinya menarik.
Di sebuah kelas bahasa Inggris di suatu sekolah, seorang guru bahasa Inggris yang terkenal mumpuni dan “lenyeh” ngomong sama londo Inggris, pengin menguji murid-muridnya sebelum memulai kelas.
“Anak-anak, tugas kalian hari ini adalah membuat kalimat bahasa Inggris yang baik dan benar dengan menggunakan kata I …”, kata pak guru.
“ah itu sih very little pak”, sahut murid-muridnya riuh rendah. Mungkin maksudnya eta mah kecil alias gampang ! Cuma ada satu anak yang terlihat diam sambil mengerutkan dahinya. Tampak sekali dia sedang berpikir keras. Barangkali lagi berusaha mencari jawaban atas tugas yang diberikan pak gurunya. Anak ini emang dikenal paling memble di kelasnya. Nilai pelajarannya tak pernah lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas. Sialnya sang guru melihat gelagat tidak beres dari si murid meble ini.
”Boncel, kamu yang dapet giliran pertama. Coba bacakan kalimat gubahanmu sekarang. Ingat, harus dengan kata awal I...”, perintah pak guru.
Sambil gelagapan si Boncel berteriak lantang, ”I is.......”,
Namun belum selesai Boncel membacakan kalimatnya, terdengar suara riuh rendah ketawa seluruh warga kelas. Sangat melecehkan !. Pak guru pun pak kalah gemes.
”Boncel, sudah berulang-ulang saya katakan. I itu pasangannya am bukan is ! Ini kan pelajaran basic sekali, Ayo ulangi ! ”, perintah pak guru lagi.
”Baik pak...”, kemudian si Boncel melanjutkan membaca kalimatnya, ” I am the ninth letter of the alphabet !”
……….
Betapa seringnya saya, bukan kita, meremehkan orang. Pernah dulu karena lebih dahulu belajar Ms. Excel, terus ngajarin seorang teman. Besoknya saya agak kesulitan untuk membuat sesuatu dengan program itu, eh, si teman saya tadi dengan “beraninya” ngajarin saya. Saya dengan pongah bilang, ah, elo kan baru kemaren saya ajarin. Sombong benar saya. Kita dianggap pintar karena kita lebih dulu belajar kan? Bukan karena lebih pintar?
Ingat dengan Aa Gym? Bukan Aa Jimmy, lho.
Bagaimana tanggapan masyarakat kita dengan dakwah2 nya sekarang? Bandingkan dengan dakwah2 nya yang dulu. Tanggapannya berbeda bukan? Sebagian besar saya yakin akan ngomong “ ah, ngomong doang…”. (Maaf kalau saya salah.)
Look who’s talking!
Emang siapa lo?
Kembali ke arah kiblat, sekarang arah kiblat masjid istana kepresidenan Baiturrahman dikoreksi lho! Dengan adanya koreksi ini memang terkesan saat Masjid Baiturrahman dibangun 1958-1961 lalu kurang akurat menetapkan arah hadap kiblat. (detik.com)
Apa mungkin karena efek sinetronnya “Nagabonar” itu ya?
Atau mungkin ini menjadi tanda bagi kita untuk nge cek lagi arah kiblat kita.
...lanjut......

Senin, 01 September 2008

Khansa Sekarang Tiga Tahun

Tanggal 27 Agustus Khansa ulang tahun. Kali ini dirayakan hari minggu tanggal 31 Agustus 2008 karena tante any dan budhe endang baru bisa maen ke rumah hari minggu. Sibuk kerja katanya. Gpp deh, nyari duit yang banyak ya, biar bisa ngasih kado yang banyaaaaaaakkk.....


Seperti biasa kalau anak2 ultah dirayain dengan acara tiup balon dan tiup lilin. Dan seperti biasa juga balon2 yang ditiup pasti meletus...


Khansa seneng banget tuh maen balon

Tiup lilinnya..tiup lilinnya...tiup lilinnya sekarang juga.. sekaraaang.. juuugaaa... sekarang... juu.. gaaaa..

Dibantu ibu motong kuenya ya...

Ini kue buat ibu...


yang ini buat kakak...


Budhe..foto dong...


Rayhan ngobrol bareng tante any dan budhe endang


Selamat ulang tahun dede khansa, semoga panjang umur, sehat selalu, jadi anak sholehah, berguna bagi keluarga, kejarlah cita-cita setinggi langit, ayah dan ibu selalu mendoakanmu dan mendukungmu.


...lanjut......